Diberdayakan oleh Blogger.
اهلا و سهلا بحضوركم

Sabtu, 27 April 2013

SEMUA SUDAH SURATAN TAQDIR


Rizqi, ajal, untung,  celaka dan segala hal yang terjadi di muka bumi ini telah Alloh tetapkan taqdirnya. Banyak orang yang begitu menggebu untuk mencari kekakayaan dan keberuntungan bahkan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh Agama padahal segalanya telah Alloh gariskan. Di sisi lain ada sebagian orang yang enggan untuk bekerja, dengan enteng seloroh yang biasa diucapkan adalah “ lah, kalau sudah taqdirnya mau gimana ? “. Pada edisi kali ini kami mengajak pembaca untuk mengkaji bagaimana penjelasan para ulama’ berkaitan dengan taqdir supaya kita tidak terjerumus dalam kesalahan dalam memahami taqdir
MACAM-MACAM TAQDIR
Takdir ada empat macam yang kesemuanya merupakan ilmu Alloh, dalam artian merupakan rahasia Alloh yang tidak dapat diketahui oleh seorang pun. Empat macam taqdir itu adalah : 

1.       Taqdir azali ( taqdir umum )
Taqdir jenis ini mencatat semua hal yang akan terjadi di dunia ini. Alloh mencatatnya lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi bersamaan dengan penciptaan pena. Hal ini sebagaimana firman Alloh Ta’ala dan hadits Nabi sholallohu ‘alaihi wasalam :
“ tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” ( QS. Al-Hadid 22 )



عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ قَالَ وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
Dari Abdullah bin Amru bin Ash bahwasaya beliau berkata, “ aku mendengar Rosululloh sholallahu alaihi wasalam bersabda, Alloh telah menulis taqdir segala makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi, Beliau bersabda dan arsy-Nya berada diatas air “ ( HR. Muslim dalam shohih juz 8 hal. 51 ) 

2.       Taqdir Umuri, yaitu taqdir yang diberlakukan atas manusia pada awal penciptaanya ketika manusia berada di dalam kandungan Ibunya pada saat berusia empat bulan. Hal ini sebagaimana sabda Nabi sholallahu alaihi wasalam :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حدثنا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ إِنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ
“ Dari Abu Abdirrohman, Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu’anhu, dia berkata: ”Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan dibenarkan: ’Sesungguhnya setiap orang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah(air mani), kemudian menjadi ‘alaqoh(segumpal darah) selama waktu itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi mudhghoh(segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu diutuslah seorang malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh padanya dan ia diperintahkan menulis empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya.” ( HR. Muslim  dalam shohih muslim juz 8 hal. 44 ) 

3.       Taqdir sanawi, yaitu taqdir yang dicatat setiap malam lailatul-qodar, sebagaimana firman Alloh Ta’ala :
“ pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul “ ( QS. Ad-Dukhan 4-5 ) 

4.       Taqdir yaumi, yaitu taqdir yang Alloh tetapkan dalam keseharianya.
APAKAH TAQDIR BISA DIRUBAH ?
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnad jilid 5 hal.280, al-mustadrok jilid 3 hal. 481, menyebutkan:
لَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ، وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمُرِ إِلَّا الْبِرُّ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
“ tidak ada ada yang menolak takdir kecuali do’a dan tidak menambah umur kecuali kebaikan, sungguh seorang hamba diharamkan rizkinya karena dosa yang menimpanya ( ia kerjakan ) “ ( berkata Al-Hakim shohihul-isnad dan Syaikh Al-Bani menshohihkan hadits ini ( Al-Jawabul-Kafi 18 )
Sekilas jika kita membaca hadits tersebut, kita akan berkesimpulan bahwa taqdir bisa ditolak dengan do’a, dalam artian bisa dirubah. Namun bagaimana pernyataan para ulama’ berkaitan dengan masalah ini ?, berikut beberapa penjelasanya :
Taqdir umuri, sanawi dan yaumi pada hakikatnya merupakan aplikasi dari pada ketetapan taqdir azali ( Syaikh Shalih Al-fauzan dalam kitabut-tauhid terjemah jilid 2 hal. 167 ). Ibnul-Qoyyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa seorang hamba mendapatkan apa yang telah ditaqdirkan dengan melalui sebab yang telah ditetapkan baginya, maka jika ia melaksanakan sebab tersebut maka sampailah ia kepada taqdirnya yang telah Alloh tuliskan dalam ummul-kitab, semakin seseorang menambah kesungguhan dalam melaksanakan sebab maka semakin dekat dengan apa yang ditaqdirkan baginya, misalnya seseorang yang ditaqdirkan menjadi orang yang paling pandai dizamanya, maka ia tidak akan mendapatkan ilmu tersebut kecuali dengan usaha yang keras dalam belajar. Demikian pula orang yang ditaqdirkan mendapat rizqi seorang anak, ia tidak akan mendapat rizqi itu kecuali menikah dan melakukan hubungan suami istri. ( Syifa’ul-‘Alil 52-53 Darut-Turots ).
Syaikhul-Islam Ibnu Taymiyah menyebutkan bahwa yang benar menurut Jumhur bahwa do’a merupakan sebab mendapatkan kebaikan yang diminta sebagaimana sebab-sebab yang masyru’ lainya, dan sebenarnya sama saja apakah do’a tersebut kita sebut syarat atau sebab intinya adalah sama saja, jika Alloh menghendaki hambanya mendapatkan kebaikan maka Ia mengilhamkan kepada hamba tersebut do’a dan permohonan dan menjadikan do’a dan permohonanya tersebut menjadi sebab mendapatkan kebaikan yang telah Alloh tetapkan. Jadi do’a itu sendiri merupakan bagian dari taqdir yang telah Alloh tetapkan ( At-Ta’arudh fil-hadits Muhammad Az-Zughair jilid 1 hal.79 ). Hal ini diperkuat dengan hadits Nabi sholallahu ‘alaihi wasalam :
قال رجلٌ للنَّبيِّ - صلّى الله عليه وسلّم - : يا رسول الله ، أرأيت أدويةً نتداوى بها ، ورقىً نَسْترقِي بها ، وتُقىً نتَّقِيها : هل تردُّ من قّدَر الله شيئاً ؟ قال : " هِيَ مِنْ قَدَر الله "
Seseorang bertanya kepada Rasululloh “ wahai Rasululloh bagaimana pendapat engkau tentang obat yang kami berobat denganya dan ruqyah yang kami meruqyah denganya” beliau bersabda “ dia termasuk taqdir Alloh “ ( HR. Ibnu Majjah, sunan Ibnu Majjah juz 2 hal. 1137 )
Maka sebenarnya do’a tersebut tidak merubah taqdir yang telah Alloh tetapkan sejak azali, namun do’a merupakan salah satu asbab sebagaimana sebab-sebab yang lain. Untuk itu merupakan kewajiban bagi kita untuk memperbanyak asbab sehingga mudah-mudahan Alloh mentaqdirkan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat, dan semuanya dimudahkan menuju taqdirnya masing-masing. ( lihat tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Lail ). Wallohu a’lam bisshowab.

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

  ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO