MEMILIH PENDIDIKAN TERBAIK UNTUK ANAK
Anak adalah aset yang sangat berharga bagi kedua
orang tuanya. Anak yang sholih dan sholihah akan senantiasa berbakti kepada
kedua orang tuanya baik ketika keduanya masih hidup maupun setelah wafat. Bakti
ketika kedua orang tua masih hidup adalah dengan memuliakanya dan bakti ketika
keduanya sudah wafat adalah dengan mendo’akanya. Untuk itu wajib bagi kita
memenuhi haK pendidikan yang baik dan mampu menuntun anak-anak kita menjadi
sholih dan sholihah.
KRITERIA PENDIDIKAN YANG BAIK
Pendidikan yang baik menurut kacamata Islam adalah
pendidikan yang mampu menjadikan anak didiknya mengenal jati diri penciptaanya,
sehingga ia mampu menjadi manusia seutuhnya. maka pendidikan ini haruslah
mempunyai fungsi :
1.
Sebagai wasilah untuk mengenal Allah swt.
Allah berfirman
dalam al Quran, "Ketahuilah bahwa
tidak ada ilah selain Allah (Q.S.
Muhammad : 19). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda :
عن عثمان بن عفان قال
: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : من مات وهو يعلم أنه لا إله إ لا الله دخل
الجنة.
Dari Utsman bin Affan Radliyallahu 'anhu berkata: “Bersabda
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam: “Barangsiapa mati, sedang dia
mengetahui bahwa tidak ada ilah kecuali hanya Allah akan masuk Jannah.”(H.R. Muslim)
2.
menunjukkan kepada jalan yang lurus dan menjauhkan
dari jurang kebodohan. Sebuah ilmu
disebut ilmu yang bermanfaat jika ia dapat menunjukkan pemiliknya kepada jalan
yang benar dan tidak menyimpang dari ajaran agama. Rasulullah sholallohu
‘alaihi wasalam bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال رسول
الله صلى الله عليه و سلم : من يرد الله به خيرا
يفقهه في الدين
Dari Abu Hurairah
Radliyallahu 'anhu, bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam: ”Barangsiapa
dikehendaki oleh Allah padanya kebaikam, maka Allah akan memahamkan dien
kepadanya.” (Bukhori Muslim).
Ibnu Taimiyyah berkata," Setiap orang yang
dikehendaki baik oleh Allah, pasti ia akan dipahamkan oleh Allah dalam urusan
agama. Maka barang
siapa yang tidak dipahamkan oleh Allah dalam masalah agama, berarti Allah tidak
menghendaki kebaikan padanya.[1]
Ibnul Qoyyim Al
Jauziyyah menjelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengidentikkan kejahilan sebagai penyakit dan
menjadikan obatnya bertanya kepada ulama’ sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam : “Bukanlah obat kejahilan itu bertanya?”[2]
3.
Menjadikan alumninya diangkat derajatnya oleh
Alloh lantaran ilmu yang dimilikinya. Hal ini dapat di lihat dalam firman-Nya
yang terdapat dalam surat al Mujadalah ayat 11.
Allah berfirman,
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian
dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat" (Qs. al
Mujadalah:11)
4. Mempunyai visi menjadikan anak didiknya orang yang
baik dengan faham terhadap agama.hal ini sebagaimana Rosululloh saw bersabda
"Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan
memahamkannya dalam perkara agama. Saya ini hanya membagi, dan Allah-lah yang
memberi. Umat ini akan senantiasa tegak dalam menegakkan agama Allah, tidak
akan membahayakan mereka orang yang menyelisihi mereka sehingga datang
keputusan Allah". (Hr. Al Bukhori).
Dalam riwayat Muslim
Nabi saw bersabda; "Barang
siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan memahamkannya dalam
perkara agama. Dan akan senantiasa ada sekelompok di antara kaum muslimin yang berperang membela kebenaran, mengalahkan
orang-orang yang memusuhi mereka hingga hari kiamat".
5.
Berangkatnya siswa ke pendidikan strata dengan
mujahid yang berjuang dijalan Alloh.
Hal ini sebagaimana sabda Rosul,
"Barang siapa yang mendatangi masjidku ini, dan kedatangannya semata-mata
untuk mencari kebaikan yang akan ia pelajari atau ajarkan, maka kedudukannya
sama dengan mujahid di jalan Allah. Dan barang siapa yang datang untuk maksud
selain itu, maka kedudukannya sama dengan orang yang melihat perhiasan orang
lain". (Hr. Ibnu Majah). Hadits ini sanadnya hasan dan dishahihkan
oleh Ibnu Hibban.
Ibnul Qoyyim berkata, "Sisi kelima puluh –yang menunjukkan ilmu-
adalah apa yang diriwayatkan oleh At Thirmidzi dari hadits Abu Ja`far Ar Rozi
dari robi` bin Anas, bahwa ia berkata; Rasulullah saw bersabda: "barang
siapa pergi menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia
meninggal".[3]
Imam Jabir al Jaza`iri menyebutkan bahwa hadits ini mengisyaratkan keutamaan penuntut ilmu, bahwa ia
disejajarkan dengan seorang mujahid yang berjuang di jalan Allah, maka apakah
ada seorang yang lebih utama dari seorang mujahid yang berjuang di jalan Allah?
Dalam hadits ini ada petunjuk lain mengenai keutamaan orang yang mengajarkan
ilmu. Ilmu dalam hadits ini disebutkan sebagai sesuatu kebaikan dan kebaikan
tentu tidak mengandung keburukan karena keburukan tidak akan bercampur dengan
kebaikan.[4]
6.
Mempunyai
misi mewariskan peniggalan para nabi.
Rosululloh saw bersabda :"...dan sesungguhnya ulama` adalah pewaris
Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi
mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa
mengambilnya, maka ia telah mendapatkan warisan yang sangat banyak".
(Hr. Abu Dawud). Hadits ini dishahihkan juga oleh Ibnu Hibbaan.
7.
Mempunyai misi melahirkan pemimpinan yang sejati.
Ketika manusia dalam perselisihan, Allah memerintahkan kepada mereka untuk
kembali meruju` kepadanya (ilmu al Quran dan sunnah). Mengembalikan kepada al
Quran dan sunnah berarti kembali kepada pemahaman para ulama` dan ahli ilmu. Maka
perintah Allah ini menunjukkan bahwa yang mampu memimpin manusia hanyalah ilmu
yang bersumber dari Allah. Allah berfirman dalam al Quran: "Hai
orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian….."(Qs. An
Nisa`:59).
Kesimpulanya, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang selalu
membekalkan rasa takut kepada Alloh dalam kurikulum dan setiap mata pelajaran
yang diajarkan kepada anak didiknya sehingga melahirkan enerasi yang faham dan
mengerti akan jati dirinya sebagai seorang hamba. Wallohu a’lam.
[4] Ilmu dan ulama`, terjemahan dari buku "Al `Ilmu wa al Ulama`,
Abu Bakar Jabir al Jaza`iri, Pustaka Azam. Jakarta. cet ke-1, 2001.
Posting Komentar