Diberdayakan oleh Blogger.
اهلا و سهلا بحضوركم

Senin, 13 Mei 2013

KRITERIA PAKAIAN WANITA MUSLIMAH


  1.      Menutup seluruh badan, selain yang di kecualikan.

Allah berfirman :
قل للمؤمنات يغضضن من أبصارهن ويحفظن فروجهن ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها وليضربن بخمورهن على جيوبهن .....
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “ Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang (biasa) nampak dari pada nya. [1].
Allah berfirman :
ياأيها النبي قل لأزواجك وبناتك ونساء المؤمنين يدنين عليهن من جلابيبهن ذلك أدنى أن يعرفن فلا يؤذين وكان الله غفورا رحيما
Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuannmu dan istri-istri orang mukmin :“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [2]
Ibnu Katsir berkata : Maksudnya mereka tidak menampakkan sedikitpun perhiasannya kepada orang-orang ajnabi (yang bukan mahromnya), kecuali bagian yang tidak mungkin mereka sembunyikan. Ibnu Mas’ud berkata : Seperti misalnya selendang dan pakaian, yaitu : “ Tutup kepala yang biasa di kenakan oleh wanita Arab dan pakaian bawah yang biasa mereka tampakkan, maka itu tidak mengapa mereka tampakkan, karena tidak mungkin mereka sembunyikan.[3]

KRITERIA PAKAIAN LAKI-LAKI MUSLIM


Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu dalam kitab Majmu’ Rosa’ilit Taujihat Al Islamiyah menyebutkan beberapa kriteria pakaian laki-laki seorang muslim.

  • Bersih dan suci.

      Allah berfirman :
وثيابك فطهر
      Dan pakaianmu bersihkanlah.” [1]
Ibnu Katsier berkata : “Cucilah pakaian itu dengan air dan sucikanlah jiwamu dan perbaikilah amalanmu.”
  • Disunnahkan berbentuk gamis. Gamis adalah pakaian yang panjang hingga setengah betis.
Dari Ummu Salamah ia berkata :
كان أحب الثياب الى رسول الله صلى الله عليه و سلم القميص
“Pakaian yang paling  dicintai oleh Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallamadalah pakaian  berbentuk gamis[2]
  • Tidak isbal
Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :
ما أسفل من الكعبين من الإزار في النار
Apa-apa yang melebihi mata kaki dari pakaian maka ia bagian dari neraka.”[3]

SYARI'AT BERPAKAIAN



            
Pengertian pakaian.
      Secara bahasa : Ibnul Mandzur dalam “Lisanul Arab” berkata :

اللباس  : ما يلبس منه

Apa-apa yang dipakai itu adalah pakaian”.[1] Pengertian ini juga disebutkan didalam Kamus Al Munjid.[2]

      Secara Istilah  : Ibnu Abbas berkata ketika menafsirkan Surat Al-A’rof ayat 31:
اللباس وهو ما يواري السوأة وما سوا ذلك من جيد البز و المتاع
Pakaian itu adalah sesuatu yang menutupi aurot dan yang selainnya berupa kain yang bagus dan perhiasan.”[3]

Disyareatkannya berpakaian.
            Allah berfirman :
            قل من حرم زينة الله التي أخرج لعباده
            Katakanlah siapa mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah di turunkannya untuk hamba-hambanya. [4]
            Dari Ja’far bin Mughiroh dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas ia berkata: Adalah orang-orang Quraisy thawaf di Ka’bah dalam keadaan telanjang, sambil bersiul dan bertepuk tangan, maka Allah menurunkan ayat ini.[5]
            Allah berfirman :
            با بني آدم خذوا زينتكم عند كل مسجد
 Hai anak Adam, pakailah pakainmu yang indah di setiap (memasuki) masjid. (QS. Al.A’rof : 31)
            Ibnu Abbas mengatakan bahwa kebiasaan laki-laki Quraisy adalah melakukan thawaf di Ka’bah dalam keadaan telanjang, maka Allah menyuruh mereka untuk berpakaian.[6]

Sabtu, 27 April 2013

HUKUM SHOLAT SUNNAH SAMBIL DUDUK



Bagaimana hukum sholat sunnah sambil duduk, seperti sholat sunnah rowatib dan lain sebagainya ?

Al-hamdulillahi wash-sholatu was-salamu ‘ala Rosulillahi wa ‘ala Ash-habihi wal-mukminina ajma’in.
Seorang Muslim diperbolehkan mengerjakan sholat sunnah dengan duduk. Hanya saja ia cuma mendapatkan pahala separoh dari pahala orang yang mengerjakanya dengan berdiri.sebagaimana hadits Nabi sholallohu ‘alaihi wasalam :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الرَّجُلِ قَاعِدًا فَقَالَ عَلَى النِّصْفِ مِنْ صَلَاتِهِ قَائِمًا
“ dari Abdulloh bin amru bin al-Ash beliau berkata, “ aku bertanya kepada Rosululloh sholallohu n’alaihi wasalam tentang sholatnya seseorang sambil duduk maka beliau menjawab, dia mendapat separoh dari sholat berdiri “ ( HR. Ahmad dalam Musnad Ahmad juz 11 hal.475 )
Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Shohih Bukhori juz 1 hal. 375 dan Imam Muslim Shohih Muslim juz 1 hal.507.
Jadi kesimpulanya, sholat sunnah sambil duduk adalah boleh tetapi hanya mendapatkan pahala separoh. Hal ini jika dilakukan tanpa udzur, adapun jika ada udzur syar’i maka dia tetap mendapatkan pahala yang sempurna sebagaimana hadits Nabi sholallohu ‘alaihi wasalam :
صَلِّ قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ
“ sholatlah sambil berdiri maka jika tidak mampu, dengan duduk, jika tidak mampu lagi maka dengan berbaring miring “ ( HR. Bukhori dalam Shohih Bukhori juz 1 hal. 506 juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Nusnad juz 4 hal. 426 )
Wallohu a’lam bish-showab
maroji’ :
1.       Fathul bari jilid 2 hal. 524
2.       Al-fatawa al-‘amah Syaikh Abdurrohman As-Sahim jilid 1 hal 58
3.       Fiqh sunah Sayyid Sabiq jilid 1 hal 134
4.       Fiqh Islam wa Adilatuhu DR. Wahbah Zuhaili jilid 1 hal. 257
5.       Aunul Ma’bud jilid 3 hal.161

MANFAAT GEMAR BERINFAK BAGI KELUARGA


Semua orang mendabakan keluarga yang sakinah mawadah wa rohmah yang diberkahi oleh Alloh Ta’ala. Menggiatkan seluruh anggota keluarga untuk gemar berinfak merupakan bagian dari pada jalan untuk mencapai keluarga impian tersebut. Orang yang gemar berinfak akan lebih jauh dari rasa egois terhadap diri sendiri sehingga ia akan terlatih dengan sendirinya untuk mengutamakan kewajiban dari ada hak pribadi. Namun lebih dari pada itu banyak sekali manfaat dari berinfa  yang diantaranya : 

1.      Pintu kekayaan
“ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” ( Qs. Al-Baqoroh 261 )

“ Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” ( Qs. Al-Baqoroh 245 )
Demikianlah infak yang kita keluarkan dijalan alloh akan dilipat gandakan menjadi 700 kali lipat sehingga tidak mengherankan apabila para sahabat dahulu selalu berlomba untuk berinfak sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat Umar bin Khottob r.a. yang datang kepada Rosululloh lalu menginfakan separoh harta yang ia miliki, kemudian Rosululloh bertanya “ apa yang kau sisakan untuk keluargau ? “ beliau ( Umar bin Khottob ) menjawab “ sama seperti itu “ ( sama senilai yang beliau infakan ), tetapi kemudian datang Abu Bakar Ash-Shidiq menginfakan seluruh harta yang ia miliki dan ketika ditanya oleh Rosululloh berapa yang ia tinggalkan untuk keluarganya beliau ( Abu Bakar ) menjawab “ untuk mereka aku sisakan Alloh dan rosul-Nya.

HUKUM SEPUTAR AQIQAH


Aqiqoh merupakan perkara yang disunnahkan untuk dilakukan oleh orang tua yang mendapatakan anugrah berupa anak, bahkan rosululloh bersabda :
كُلُّ غُلَامٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ
“ setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh kelahiranya “ ( musnad Ahmad juz 33 hal. 271 )
Imam Ahmad mengatakan jika anak meninggal dalam keadaan masih kecil dan belum diaqiqohi maka orang tuanya tidak mendapat syafa’at dari kematianya ( Aunul-ma’bud juz 8 hal. 28, Umdatul-Qori syarh shohih Bukhori  juz 30 hal. 456 ). Begitu pentingnya sunnah ini maka semestiya orang tua untuk melaksanakan sekuat tenaga, bahkan Imam Ahmad  berkata, jika ia tidak memiliki sesuatu untuk aqiqah maka hendaklah ia berhutang dengan harapan Alloh akan menggantinya karena sungguh ia telah menghidupkan sunnah. ( Taudhihul-ahkam min bulughil-marom juz 4 hal. 380, Al-Mugni jilid 5 hal. 208 )
WAKTU PELAKSANAAN AQIQOH
Menurut Madzhab Maliki , aqiqoh hendaklah dilakukan pada hari ketujuh setelah bayi dilahirkan, kalau tidak maka boleh dilakukan pada pekan kedua ( hari ke empat belas ) kalau tidak bisa maka pekan ketiga ( hari ke 21 ) kalau lebih dari itu belum bisa juga maka telah habis sudah waktu aqiqoh. ( al-Muntaqo Syarh Al-Muwatho’ juz 3 hal. 142 ). Demikian pula pendapat Abu Abdillah Al-Busanji dan Ar-Rofi’i dari madzhab Syafi’i ( Al-Majmu’ Syarhul-Muhadz-dzab juz 9 hal. 442-443 ). Adapun menurut Madzhab Hambali tidak ada batasan melaksanakan Aqiqoh bagi yang belum mampu melaksanakan pada hari ketujuh atau ke empat belas kalau belum bisa maka hari ke dua puluh satu kalau belum bisa maka hari ke dua puluh delapan kalau belum bisa maka hari ke tiga puluh lima begitu seterusnya dikiaskan pada hitungan sebelumnya. Hal ini karena menurut Madzhab Hambali sebagaimana qodho’ maka kapan pun ia mampu hendaklah ditunaikan qodho’nya tersebut ( Al-Mugni jilid 5 hal. 211-212 ).  Pendapat Madzhab Hambali ini selaras dengan Lajnah Daimah (

SEMUA SUDAH SURATAN TAQDIR


Rizqi, ajal, untung,  celaka dan segala hal yang terjadi di muka bumi ini telah Alloh tetapkan taqdirnya. Banyak orang yang begitu menggebu untuk mencari kekakayaan dan keberuntungan bahkan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh Agama padahal segalanya telah Alloh gariskan. Di sisi lain ada sebagian orang yang enggan untuk bekerja, dengan enteng seloroh yang biasa diucapkan adalah “ lah, kalau sudah taqdirnya mau gimana ? “. Pada edisi kali ini kami mengajak pembaca untuk mengkaji bagaimana penjelasan para ulama’ berkaitan dengan taqdir supaya kita tidak terjerumus dalam kesalahan dalam memahami taqdir
MACAM-MACAM TAQDIR
Takdir ada empat macam yang kesemuanya merupakan ilmu Alloh, dalam artian merupakan rahasia Alloh yang tidak dapat diketahui oleh seorang pun. Empat macam taqdir itu adalah : 

1.       Taqdir azali ( taqdir umum )
Taqdir jenis ini mencatat semua hal yang akan terjadi di dunia ini. Alloh mencatatnya lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi bersamaan dengan penciptaan pena. Hal ini sebagaimana firman Alloh Ta’ala dan hadits Nabi sholallohu ‘alaihi wasalam :
“ tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” ( QS. Al-Hadid 22 )

  ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO